• Content
  • Description
  • Favorites

    Impossible Is Nothing (Child Devil)

    Mengisahkan tentang kehidupan seorang gadis remaja yang menjadi perantara oleh kedua mahluk iblis (Dari dunia lain) yang hendak melanjutkan hidupnya di zaman modern. Segala yang terjadi teramat mustahil, tetapi benar-benar itulah yang dialaminya. Bagaimanakah kisahnya? Mari baca saja. ___ Catatan Author Saya seperti uji nyali mempublish karya menggunakan bahasa indonesia disini, semoga ada pembaca yang mengerti dan dapat menikmati keseruan dari cerita ini. Tetapi perlu diingat 1 Hal, Cerita ini sangat Minim tentang Moral, jadi ... segala reka adegan yang ada hanyalah untuk hiburan semata. Terima kasih.

    Episode 1

    Story: Impossible Is Nothing (Child Devil) Author:Nickolas Rahardian words:6341 Update time:2020-07-27 05:07:19

    Awal mula

    Mandul adalah suatu kalimat yang paling ditakuti oleh sebagian besar pasangan suami istri di muka bumi.

    Tentu saja sebagian besar orang yang sudah menjalin hubungan rumahtangga pastilah menginginkan generasi penerus mereka yakni memiliki seorang buah hati.

    Layaknya keinginan dari sepasang suami istri bernama Arvin Terrence 28 tahun dan Airha Kathleen 26 tahun. Mereka sangat mendambakan kehadiran generasi penerus mereka namun takdir berkata lain, mereka masih belum jua dikaruniai anak selama 7 tahun pernikahan.

    Sudah berbagai macam cara telah mereka lakukan mulai memeriksakan diri ke dokter kandungan maupun ke klinik pengobatan alternatif, bahkan secara tradisional pun sudah mereka lakukan namun hasilnya tetap nihil.

    Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa 7 tahun yang lalu sejak mereka barusaja menikah, masing-masing diantara keduanya memiliki kesibukan tersendiri. Yakni Arvin sibuk bekerja di kantor, sementara Airha jua sibuk mengurus usaha yang sudah ia dirikan sejak ia masih gadis yakni sebuah toko kosmetik.

    Maka tidak heran jika keduanya sering merasa kelelahan sehingga urusan anak sempat mereka kesampingkan.

    Hingga berlarut-larut lamanya, mereka baru menyadari bahwa sebuah kesuksesan tiada artinya tanpa kehadiran generasi penerus. Alhasil Airha cuti bekerja dan mempercayakan usaha yang ia dirikan tersebut kepada adik kandungnya yang bernama Almira Kathleen 24 tahun.

    ***

    Next

    Pada suatu hari, Arvin sedang menyelesaikan urusan seputar bisnis yang mengharuskannya pergi keluar kota. Ketika urusan selesai, lekas ia hendak kembali pulang dari kota tersebut menuju ke ibu kota.

    Rasa lelah sangat membelenggu jiwa, namun tidak membuatnya patah semangat untuk tetap melajukan kendaraan menuju pulang.

    Didalam perjalanan pulang menuju ke ibu kota, Jalan yang Arvin lintasi bukan hanya daerah perkotaan maupun desa saja melainkan melintasi jalanan yang berkelok serta terdapat jurang yang cukup curam di sepanjang perjalanan.

    Kebetulan pada hari ini cuaca sangat tidak bersahabat yakni terjadi hujan yang cukup lebat di sepanjang perjalanan. Namun, Arvin tetap menerabas meskipun ia mengetahui bahwa itu sangatlah berbahaya.

    Kini hujan kian mereda namun masih terdapat rintikan hujan dalam volume kecil, alhasil Arvin kembali menginjak pedal gas untuk mempercepat laju kendaraannya.

    Namun, saat ia melintasi jalan yang sedikit berkelok, ia dikejutkan oleh sesuatu yang melintas didepannya, sontak ia pun langsung menginjak rem dengan sangat kuat.

    Ciiiiiit!

    Na'as ia tidak bisa mengendalikan kendaraan dengan baik sebab jalanan sangat licin sehabis di guyur hujan. Alhasil sesuatu yang tengah melintas tersebut langsung tertabrak olehnya.

    Braak!

    "Astaga Tuhan!" Serunya terkejut. Lekas ia turun untuk melihatnya.

    "Oh Tuhan, Bapak tidak papa? Maafkan saya, Pak" Ucapnya kala sudah mengetahui sesuatu yang ia tabrak tersebut seorang bapak-bapak tua berpenampilan lusuh.

    Orang itu tidak menjawabnya, tetapi malah melihatnya dengan sorot mata tajam tampak misterius.

    "Mari pak, saya bantu dan sekali lagi maafkan saya pak," Lanjut Arvin seraya membantu orang tersebut berdiri. Namun ucapan Arvin samasekali tidak dijawab oleh orang itu.

    "Oh iya, dimana rumah bapak? biarkan saya mengantarkan Anda pulang untuk menebus kesalahan saya" Tawaran Arvin tersenyum hangat.

    Lagi-lagi orang tersebut tidak menjawab melalui kata, namun langsung menunjuk ke suatu arah yakni ke arah rimba. Sebab kini Arvin berada disebuah jalan lintas yang disekelilingnya terdapat hutan rimba jauh dari pemukiman penduduk.

    Alhasil, Arvin langsung menurutinya untuk mengantarkan bapak-bapak tersebut tanpa ragu.

    Ia menuntun orang itu meniti jalan setapak yang cukup licin akibat terguyur hujan, menuju lokasi yang orang tersebut maksud.

    "Pak, maaf ... sebenarnya dimana rumah bapak? Kita sudah sangat jauh melangkah, tetapi saya rasa jalan menuju kesana adalah hutan belantara pak, apa mungkin kita tersasar?" Tanya Arvin merasa tidak yakin dengan yang ia lihat.

    "Kesana arah menuju ke rumah saya" lirih bapak-bapak tersebut untuk pertamakalinya menjawab, seraya menujuk ke arah yang dia maksud.

    "Ah, baiklah mari kita lanjutkan saja perjalanan kita" Pungkas Arvin tidak berpikir yang bukan-bukan.

    ***

    Hingga beberapa menit kemudian, mereka sampai di lokasi terpencil didalam hutan tersebut terlihat sebuah gubuk tua beratap jerami dan memiliki dinding yang terbuat dari bambu khas rumah pada jaman dulu. Disekelilingnya terdapat semak-semak blukar dan terdapat jua pohon-pohon besar.

    "Mari silakan masuk dulu" Ajak bapak-bapak tersebut.

    "Terimakasih pak, hari sudah semakin senja, saya sedang dalam perjalanan pulang." Balas Arvin menolak secara halus lekas hendak melangkah pergi.

    "Terimalah suatu kebaikan yang terlahir dari kebaikanmu sendiri wahai anak muda" Ucap orang tersebut penuh misteri.

    Sontak Arvin menghentikan langkahnya seraya kembali menoleh.

    "Maaf, maksud bapak?" Tanya-nya tidak mengerti.

    "Lekas masuklah sejenak" Jawab orang itu antusias mengajak Arvin masuk kedalam gubuknya.

    Alhasil, tanpa banyak berpikir panjang Arvin langsung menurutinya, sebab ia sendiri adalah tipikal orang yang berpikir secara logika nyaris tidak mempercayai hal-hal yang di luar nalar walaupun yang sedang ia alami ini sungguh terasa ganjil.

    Setelah Arvin masuk kedalam gubuk tersebut, ia sedikit tercengang melihat isi didalam gubuk itu, yakni terdapat barang-barang yang aneh bak rumah seorang dukun.

    "Silahkan Anda minum, untuk menghilangkan dahaga Anda." Orang tersebut menyuguhkan minuman didalam wadah yang terbuat dari batok kelapa nyaris membuat Arvin tertawa kala melihatnya.

    Arvin sempat tidak ingin meminumnya sebab melihat dari tampilan wadahnya saja sungguh tidak membuatnya selera, namun demi menghargai kebaikan orang tersebut maka ia pun lekas meminumnya.

    Setelah Arvin meminum air yang orang itu suguhkan, lekas orang tersebut tertawa-tawa yang membuat Arvin merasa kebingungan.

    "Hahaha"

    "Maaf ada apa ya pak?"

    "Ingat-ingatlah pesan saya wahai anak muda, generasimu baik pria maupun wanita yang terlahir nanti, jangan pernah sekali-kali mendekati pohon beringin terlebih lagi sampai meneteskan darah pada pohon beringin dan jua jangan sampai meminum air di telaga, sebab itu adalah pantangan yang mutlak."

    "Apa maksud anda? Generasi, pohon beringin, dan air telaga? Saya sungguh tidak mengerti maksud anda." Arvin semakin bingung dan mulai kesal karena ia paling anti akan hal-hal yang tidak masuk akal baginya.

    "Saya telah selesai menjalankan tugas saya, namun ketahuilah jika generasimu nanti melanggar pantangan tersebut, maka akan berakibat fatal baik untukmu sendiri maupun untuk seluruh umat manusia di dunia ini. Lekas melangkah lah pergi dan jangan menoleh lagi." Pungkas orang itu mempersilahkan Arvin untuk pergi.

    Sontak Arvin pun langsung beranjak pergi tampak kebingungan sebab ia benar-benar tidak mengerti tentang kalimat yang orang tersebut ucapkan.

    'Aih .. apa-apaan lah ini.' Gumamnya kala melangkah keluar dari gubuk tersebut seraya garuk-garuk kepala.

    Setelah 10 langkah ia berpijak dari gubuk tersebut, ia teringat kalimat terakhir dari orang itu, yakni jangan menoleh lagi ke arah belakang.

    Mengingat ia tipikal orang yang tidak mempercayai suatu hal yang di luar logika, maka ia pun langsung menghentikan langkah seraya perlahan-lahan menoleh ke arah belakang yakni ke arah gubuk tadi.

    "Apa! Ini tidak mungkin!" Serunya terkejut saat melihat apa yang terjadi.